Neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan China


Neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan China yang untuk pertama kalinya mencatat surplus sebanyak 106,9 juta dolar AS pada Oktober 2011 kembali defisit pada November 2011.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada November 2011 nilai ekspor nonmigas ke China sebanyak 2,31 miliar dolar AS sementara impor nonmigas dari negara itu 2,43 miliar dolar sehingga ada defisit sebesar 122,1 juta dolar dalam neraca perdagangan Indonesia dengan China.
"Bulan Oktober lalu untuk pertama kalinya surplus, tapi November ini sudah defisit lagi," kata Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Djamal, saat mendampingi Pelaksana Tugas Kepala BPS Suryamin menyampaikan berita resmi statistik bulanan di Jakarta, Senin.
Surplus perdagangan Indonesia dengan China pada Oktober 2011 utamanya disumbang oleh peningkatan bermakna ekspor beberapa komoditas seperti batu bara dan barang hasil tambang lain serta hasil kelapa sawit.
Pada Oktober 2011, ekspor minyak kernel kelapa sawit mentah ke China tercatat naik hingga 434 persen dari bulan sebelumnya menjadi 20,85 juta dolar. Ekspor beberapa produk batubara seperti batubara untuk memasak naik 25,80 persen menjadi 144,84 juta dolar dan selain batubara untuk memasak naik 26,35 persen jadi 229,78 juta dolar.
Bulan November 2011, BPS tidak mencatat adanya ekspor jenis-jenis batubara tersebut ke China, juga produk minyak kernel kelapa sawit mentah yang pada Oktober meningkat tajam.
Neraca perdagangan Indonesia dengan China tercatat mulai defisit tahun 2008 dan kondisi tersebut terus bertahan hingga tahun 2010.
Selama Januari-September tahun 2011 neraca perdagangan dengan negeri tirai bambu itu tercatat masih defisit.
BPS baru mencatat penyusutan defisit neraca perdagangan dengan China akibat peningkatan pertumbuhan ekspor ke negara itu pada bulan Juni 2011.
Menurut Rusman Heriawan, yang ketika itu menjabat Kepala BPS, defisit neraca perdagangan dengan China yang sebelumnya rata-rata sekitar 500 juta dolar berkurang menjadi 365,2 juta dolar pada Juni 2011.
Selama bulan Juli 2011, defisit neraca perdagangan nonmigas dengan China kembali meningkat menjadi 384 juta dolar namun kemudian turun tajam menjadi sekitar 61 juta dolar dan naik lagi menjadi 125,5 juta dolar pada September.
Selama ini Indonesia antara lain mengekspor barang-barang migas, batu bara, bahan bakar mineral, kertas, barang-barang dari kayu, karet dan barang karet serta minyak kelapa sawit ke China serta mengimpor barang elektronik seperti komputer jinjing, telepon seluler, suku cadang televisi, dan beberapa jenis mesin dari negara itu.

Neraca Perdagangan Indonesia dengan mesir


Neraca Perdagangan Indonesia dengan mesir


I. PROFIL NEGARA

Nama Resmi
:
Republik Arab Mesir (Jumhuriyat Misr al-Arabiyah)
Bentuk Negara
:
Republik
Ibukota
:
Cairo
Luas Wilayah
:
1.002.450 km2
Lagu Kebangsaan
:
Beladi Beladi
Populasi
:
80,869,364 (2011) sumber: Central Agency for Public Mobilization and Statistics (CAPMAS) Mesir
Agama
:
Islam (90%), Kristen Koptik (9%), lainnya (1%)
Bahasa Resmi
:
Arab
Mata Uang
:
Pound Mesir, USD 1=LE 5.95 (September 2011)
Hari Nasional
:
23 Juli (Hari Revolusi)
Kepala Negara
:
Ketua Dewan Tertinggi Angkatan Bersejata, Marsekal Hussein Tantawi (pemerintahan transisi).
(semenjak mundurnya Hosni Mubarak pada 11 Februari 2011, Ketua Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir/Supreme Council of Armed Forces (SCAF), Marsekal Hussein Tantawi, memegang tampuk pimpinan pemerintahan transisi hingga terpilihnya Presiden yang baru
Kepala Pemerintahan
:
Perdana Menteri/PM Essam Sharaf (pemerintahan transisi)
(Kabinet pemerintahan transisi saat ini dipimpin oleh PM Dr. Essam Sharaf, hingga terbentuknya pemerintahan yang baru)
Menteri Luar Negeri
:
H.E. Amb. Mohamed Kamel Amr
Sistem Politik
:
(Setelah mundurnya Mubarak, Mesir hingga saat ini tengah menjalani masa transisi pemerintahan dan mencari bentuk sistem politik yang baru. Berbagai pihak mengharapkan sistem politik yang demokratis. Baik kekuatan politik liberal/sekular maupun kekuatan politik berbasis agama kini mendapatkan ruang gerak yang jauh lebih luas. Hingga akhir Agustus 2011, setidaknya pemerintahan transisi telah mengesahkan sebanyak 19 partai politik)
Partai yang memerintah
:
(Belum dapat ditentukan, hingga terlaksananya Pemilu Parlemen, yang direncanakan dilaksanakan pada November 2011)
GDP
:
EGP 1.206,6 miliar/USD 202,7 miliar (2009-2010),
EGP 1.228,3 miliar/USD 206,4 miliar (2010/2011)
GDP Per Kapita
:
EGP 15.500/USD 2.605 (2009-2010)
EGP 15.780/USD 2.652 (2010-2011)
Pertumbuhan ekonomi
:
5,1% (2009-2010)
1,8 % (2010-2011)
Cadangan Devisa
:
USD 25,01 miliar (September 2011)
Angka pengangguran
:
12% dari total angkatan kerja
Komoditas Ekspor Utama
:
Minyak mentah dan produk-produk petrolium, katun, tekstil, produk-produk metal, chemical, produk pertanian (buah-buahan)
Komoditas Impor Utama
:
Mesin dan peralatan , makanan, bahan kimia, produk kayu, BBM
Keikutsertaan dalam Organisasi Internasional
:
ABEDA, ACCT, AFDB, AFESD, AMF, AU, BSEC (observer), CAEU, COMESA, EBRD, FAO, G-15, G-24, G-77, IAEA, IBRD, ICAO, ICC, ICCT (signatory), ICRM, IDA, IDB, IFAD, IFC, IFRCS, IHO, ILO, IMF, IMO, IMSO, Interpol, IOC, IOM, IPU, ISO, ITSO, ITU, LAS, MIGA, MINURCAT, MINURSO, MONUC, NAM, OAPEC, OAS (observer), OIC, OIF, OSCE (partner), PCA, UN, UNAMID, UNCTAD, UNESCO, UNHCR, UNIDO, UNMIL, UNMIS, UNOMIG, UNRWA, UNWTO, UPU, WCO, WFTU, WHO, WIPO, WMO, WTO
Website Resmi
:


II. HUBUNGAN BILATERAL RI – MESIR
Bidang Politik
Mesir merupakan  salah satu negara terkemuka dan pertama yang memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia pada 18 November 1946. Kurang dari setahun kemudian, tepatnya pada 10 Juni 1947, secara resmi kedua negara membuka hubungan diplomatik melalui penandatanganan Perjanjian Persahabatan (Treaty of Friendship and Cordiality), yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan perwakilan RI di Cairo pada 1949.

Sejak menjalin hubungan diplomatik, kedua negara senantiasa menjaga hubungan yang baik dan erat secara politis. Hubungan yang baik dan akrab tersebut ditandai antara lain dengan intensitas kunjungan pejabat antara kedua negara, kesamaan pandangan dalam berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, dan koordinasi serta saling dukung dalam pencalonan masing-masing di berbagai organisasi dan forum internasional.
Dalam  hal pertukaran kunjungan antarpejabat, hampir seluruh Presiden RI, pernah melakukan kunjungan kenegaraan atau kunjungan kerja ke Mesir. Sepanjang 2008-2010, terdapat sejumlah pejabat tinggi Indonesia yang berkunjung ke Mesir, antara lain Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud M.D.; Utusan Khusus Presiden RI, Sofyan Djalil; Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Abu Rizal Bakrie; Kepala Badan Standardisasi Nasional, Dr. Bambang Setiadi; Menlu RI (2009), N. Hassan Wirajuda; Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah, Dr. Alwi Shihab; dan Wakil Menteri Perhubungan/Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Perekonomian, Bambang Susantono, Ketua DPR-RI, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, beberapa menteri dan anggota DPR, serta sejumlah misi kemanusiaan dari LSM Indonesia ke Jalur Gaza. Selain itu, Menlu RI Dr. R.Marty Natalegawa pada April  2011dan Presiden RI Periode 1998-1999 Prof. Dr. B.J.Habibie pada Juni 2011 juga melakukan kunjungan ke Cairo, Mesir.
            Sementara itu dari pihak Mesir, Presiden Hosni Mubarak terakhir kali berkunjung ke Indonesia pada tahun 1983. Adapun pejabat tinggi Mesir yang pernah berkunjung ke Indonesia antara lain Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit, dalam rangka menghadiri KTT Asia-Afrika dan peringatan Golden Jubilee KAA di Jakarta dan Bandung pada April 2005; dan Menteri Kerja Sama Internasional, Faiza Aboul Naga, dalam rangka Pertemuan Puncak D-8 di Bali pada Mei 2006 dan Sidang Komisi Bersama (SKB) V Indonesia-Mesir di Jakarta pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2009, pejabat tinggi Mesir yang berkunjung ke Indonesia adalah Asisten Menteri Luar Negeri Urusan Asia, Muhamed el-Zorkany, dalam rangkaian lawatan­nya ke beberapa negara Asia guna mendorong peningkatan hubungan Mesir dengan negara-negara di kawasan ini.
Untuk memperkuat hubungan di berbagai bidang, kedua negara telah menyepakati pem­bentukan forum Konsultasi Bilateral di tingkat Pejabat Senior Kementerian Luar Negeri masing-masing sejak tahun 2001 dengan ditandatanganinya MoU on Consultation. Per­temuan Konsultasi Bilateral telah dilaksanakan sebanyak empat kali, dua kali di Indonesia, (di Bali, 19–20 Juli 2004 dan di Jakarta, 14 Agustus 2006) dan dua kali di Mesir (di Cairo, 9–10 Mei 2005 dan 29 Oktober 2008). Melalui forum tersebut, kedua negara membahas ber­bagai isu hubungan dan kerja sama bilateral serta melakukan pertukaran pandangan tentang berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama.
            Awal tahun 2011 merupakan momentum bersejarah dalam perkembangan politik di Timur Tengah, termasuk di Mesir. Revolusi yang digerakkan oleh rakyat Mesir berawal pada 25 Januari 2011, menuntut pengunduran diri Presiden Mubarak. Unjuk rasa yang berlangsung selama kurang lebih 18 hari, berakhir dengan pengunduran diri Mubarak pada 11 Februari 2011, dan Pemerintahan Transisi Mesir diambil alih oleh DewanTertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (Supreme Council of the Armed Forces/SCAF), dengan Ketua Dewan Tertinggi, Marsekal Hussein Tantawi, sebagai Pimpinan. Dalam kaitannya dengan perkembangan politik tersebut, dalam hal ini Mesir menilai bahwa proses reformasi dan demokratisasi Indonesia yang berawal pada tahun 1998 merupakan contoh nyata yang dapat menjadi rujukan Mesir dalam menjalani masa demokratisasi saat ini. Hal ini nampak pada upaya Mesir menggandeng Indonesia untuk melakukan sharing of experience proses transisi menuju demokrasi, yang dituangkan dalam berbagai bentuk dialog bilateral, seminar maupun workshop.
Sejak Januari hingga September 2011, tercatat sejumlah permintaan sharing of experience dari berbagai kalangan di Mesir kepada Indonesia, antara lain dari kantor Information and Decision Support Centre (IDSC), Egyptian Council for Foreign Affairs (ECFA), United Nations Development Programs (UNDP), National Democratic Institute (NDI) Cairo,  dan American University in Cairo (AUC). Tercatat pula sejumlah kunjungan pejabat/tokoh Indonesia ke Mesir dalam rangka dukungan terhadap proses demokratisasi di Mesir, diantaranya kunjungan Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa pada 14 April 2011; Ketua National Institute for Democratic Governance (NIDG) Letjen.(Purn.) Agus Widjojo pada 17-21 April 2011; Deputi Sekretaris Wapres Bidang Politik Dr. Dewi Fortuna Anwar pada 9-10 Mei 2011; Ketua MPR RI periode 1999-2004 Prof.Dr. Amien Rais; serta Presiden RI periode 1998-1999 Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. Selain itu, Indonesia dan Mesir juga bekerja sama dalam penyelenggaraan berbagai seminar dan workshop dalam rangka sharing of experience tersebut, antara lain:
IPD Workshop on Egypt-Indonesia Dialogue on Democratic Transition,Jakarta, 25–26 Mei 2011;
Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) mengenai Perubahan di Timur Tengah: Pengaruh dan Interdependensinya dalam Tatanan Global, Jakarta, 30 Mei 2011;
partisipasi Indonesia pada Forum Internasional mengenai Pathways of Democratic Transitions: International Experiences, Lessons Learnt, and the Road Ahead, Cairo, 5–6 Juni 2011;
IPD Workshop on Building Electoral Democracy in Egypt: Lessons Learned From the Indonesian Experience, Cairo, 25-26 Juli 2011.
Dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-Mesir dan kaitannya dengan isu Timur Tengah, pada prinsipnya Indonesia memiliki posisi yang sama dengan Mesir tentang perlunya penyelesaian konflik Arab-Israel sesuai dengan resolusi-resolusi PBB yang relevan dan kesepakatan-kesepakatan yang pernah dicapai oleh pihak-pihak yang bertikai. Dalam kaitan ini, Indonesia mendukung tuntutan penarikan diri Israel dari seluruh tanah Arab yang didudukinya pada perang tahun 1967. Indonesia juga mengakui peran penting dan strategis Mesir dalam proses perdamaian Timur Tengah, khususnya dalam penyelesaian masalah-masalah Palestina-Israel, terlebih mengingat bahwa secara geografis Mesir berbatasan langsung dengan sebagian wilayah Palestina, yakni Jalur Gaza. Selain itu, Indonesia mendukung berbagai upaya dan peran Mesir dalam penyelesaian masalah Palestina, termasuk upaya rekonsiliasi antarfaksi Palestina dan pemulihan kembali perundingan damai Palestina-Israel. Lebih dari sekadar dukungan, Indonesia berkomitmen untuk ikut berperan aktif dan berkontribusi secara komplementer terhadap berbagai upaya pemajuan proses perdamaian Timur Tengah, termasuk upaya yang dilakukan Mesir.

Kerja sama Ekonomi, Investasi dan Perdagangan
            Indonesia dan Mesir telah menyepakati sejumlah perjanjian di bidang ekonomi, di antaranya  Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the United Arab Republic for Air Services between and beyond their respective territories (11 Agustus 1964), Agreement on the Promotion and Protection of Investment (19 Januari 1994), Trade Agreement (23 Juni 1997), Agreement on the Avoidance of Double Taxation and the Prevention of Fiscal Evasion with Respect to Taxes on Income (13 Mei 1998), Memorandum of Understanding (MoU) between Central Bank of Egypt and Bank Indonesia (14 Mei 1998), MoU on Small and Medium Enterprises Cooperation (17 Juni 2000), MoU on Development of Syari'ah Financing Schemes for Small and Medium Enterprises in Indonesia (10 Agustus 2004), serta MoU on Veterinary Services and Quarantine Cooperation (18 Juni 2005).
Untuk lebih meningkatkan kerjasama, kedua negara memiliki forum Sidang Komisi Bersama (SKB) atau Joint Commission pada tingkat Menteri, di mana sidang terakhir (kelima) komisi itu telah berlangsung di Jakarta, 3-4 April 2007. Pada SKB tersebut, kedua negara telah menandatangani beberapa kesepakatan antara lain, umbrella agreement, yaitu Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Arab Republic of Egypt on Economic and Technical Cooperation yang berlaku mulai 25 Agustus 2011. Selain agreement tersebut, ditandatangani pula tiga buah nota kesepahaman, yaitu Memorandum of Understanding Between the National Standardization Agency of the Republic of Indonesia and the Egyptian Organization for Standardization and Quality of the Arab Republic of Egypt on Standardization Cooperation. Memorandum of Understanding Between the National Agency for Export Development (NAFED) of the Republic of Indonesia and the General Organization for International Exhibition and Fairs (GOIEF) of the Arab Republic of Egypt on Cooperation in Exhibitions and Fairs. Memorandum of Understanding Between the Batam Industrial Development Authority (BIDA) of the Republic of Indonesia and the General Authority for Investment and Free Zones (GAFI) of the Arab Republic of Egypt on Free Zone Cooperation.
Pasca pengelenggaraan SKB V tahun 2007, tercatat tiga perjanjian di bidang kerja sama ekonomi dan teknis yang ditandatangani antara RI-Mesir, yaitu Memorandum Of Understanding On Cooperation Research And Development Of Technology antara Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian RI dan Arrangement Between The Republic Of Indonesia And The Arab Republic Of Egypt On The Development Of Water Hyacinth Base Product Industry serta Memorandum of Understanding (MoU) Between Indonesian Furniture Industry & Handicraft Association (ASMINDO) and Egyptian-Indonesian Business Council on Water Hyacinth Joint Venture.
Dalam rangka realisasi kerja sama di bidang pengolahan eceng gondok, Kementerian Luar Negeri RI telah mengirim dua orang pengrajin/pelatih yang akan memberikan pelatihan dasar pengolahan eceng gondok untuk 50 pengrajin Mesir yang diselenggarakan di Kota Mansoura, Provinsi Dakahlia pada tanggal 25-27 Juli 2011 melalui kerja sama dengan Social Fund for Development Mesir.
Di samping bentuk-bentuk kerja sama di atas, RI-Mesir juga aktif menjalankan kerja sama teknis peningkatan kapasitas berupa pelatihan-pelatihan, terutama di bidang pertanian melalui pelatihan pertanian di Egyptian International Centre for Agriculture (EICA) Kementerian Pertanian dan Reklamasi Lahan Mesir yang rutin diikuti peserta dari Kemeneterian Pertanian RI setiap tahunnya. Sebaliknya Mesir juga secara rutin mengirimkan delegasinya dalam program KTNB Training of Trainers for Participatory Training Program on Agriculture Extension Methodology yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian RI, bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jakarta. Selain itu Indonesia dalam kerangka Asia-Middle East Dialogue (AMED) juga menawarkan pihak Mesir untuk berpartisipasi dalam beberapa agenda, utamanya kursus Islamic Banking and Finance yang diselenggarakan di Jakarta. Di luar itu semua, kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Mesir juga tidak hanya dilakukan melalui forum bilateral, tetapi juga melalui berbagai forum regional dan multilateral seperti WTO, G-15, D-8, AMED dan OKI.
Di bidang investasi, berdasarkan data General Authority for Investment (GAFI), nilai kumulatif investasi non-migas Indonesia di Mesir pada kurun 1 Januari 1970 – 31 Mei 2006 hanya mencapai US$ 109,31 juta pada 7 sektor industri (tekstil/garmen, makanan, kimia dan teknik) serta 2 sektor jasa (pergudangan dan bahan bangunan). Adapun hingga tahun tahun 2011 nilai investasi Indonesia di Mesir diperkirakan meningkat menjadi sekitar USD 270 juta dengan didirikannya tiga perusahaan joint venture Indonesia di Mesir yaitu Indorama Shebin Co. pada tahun 2007, Pyramid Glass pada tahun 2008, Salim Wazaran Abu Alata (Indomie) pada tahun 2009. Sementara itu investasi Mesir di Indonesia, menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI saat ini tercatat hanya ada 3 investasi dari Mesir di Indonesia, dengan nilai total US$ 450.000. Investor tersebut bergerak di bidang wholesale/distributor export-import dan biro perjalanan.
Tabel Nilai Investasi RI-Mesir Tahun 2006-2010*
Nilai USD. 000
Uraian
2006
2007
2008
2009
2010
Investasi Mesir di Indonesia
450
450
450
450
450
Investasi Indonesia di Mesir
109.310
140.030
240.030
270.030
270.030
*Diolah oleh KBRI Cairo
Di bidang  perdagangan Indonesia selalu mencatat surplus perdagangan dalam beberapa tahun  terakhir. Menutup 2010, sekalipun keadaan perekonomian  Mesir  belum pulih sepenuhnya dari  krisis ekonomi global tahun 2008, ekspor Indonesia ke Mesir terus berlangsung dengan  surplus yang cukup signifikan bagi Indonesia dan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelum­nya. Ber­dasarkan data yang diperoleh dari BPS, total perdagangan non-migas Indonesia dengan Mesir pada tahun 2010 tercatat USD 1,07 miliar dan mengalami kenaikan sebesar 33,3% dibanding dengan periode tahun 2009, yang nilainya mencapai USD 802,56 juta. Meski terjadi Revolusi di Mesir, volume perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-Juni 2011 tetap mengalami kenaikan sebanyak 49,51% dan mencapai USD 725,59 juta berbanding periode Januari-Maret 2010 yang mencapai USD 489,30 juta.
Beberapa produk Indonesia yang unggul di Mesir, antara lain produk pertanian dan olahan (kelapa, teh, kopi, tembakau, kayu manis, gula, CPO, gandum), produk buah-buahan dan buah-buahan olahan (nanas, jeruk), kertas dan alat tulis, plastik dan bahan baku plastik, yarn, katun dan pakaian jadi, ban, alat rumah tangga, furniture dari kayu dan rotan. Sebaliknya komoditi ekspor Mesir ke Indonesia antara lain fosfat, kapas, buah-buahan (terutama jeruk dan kurma) serta kristal.
Dalam  rangka  meningkatkan  hubungan investasi dan perdagangan Indonesia-Mesir, pada  pertemuan Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Mesir di Jakarta pada bulan Januari 2011 telah disepakati pembentukan Joint Study Group (JSG) yang terdiri dari praktisi bisnis, pemerintah, serta akademisi untuk bertugas mempelajari dan mengkaji hambatan perdagangan dan investasi, serta mengkaji kelayakan pembukaan perdagangan bebas antara Indonesia-Mesir. Sebagai langkah realiasasi, pada akhir tahun 2010 di Cairo telah dilakukan pertemuan awal pembentukan JSG oleh Delegasi Kementerian Perdagangan RI  dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Mesir pada akhir tahun 2010, namun demikian dengan terjadinya Revolusi 25 Januari di Mesir, kelanjutan pembentukan JSG tersebut belum dibicarakan kembali. 

Neraca Perdagangan Indonesia-Mesir [Periode 2006-2011]
                                                                                                                                                                   Nilai USD. 000
URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
Trend%) 2006-2010
Jan-Jun
Perubahan % 2011/2010
2010
2011
Total perdagangan
514.421,0
638.893,6
1.000.759,3
802.564,3
1.070.049,2
18,45
485.300,9
725.593,8
49,51
Migas
6,6
0,0
16,2
399,1
65.002,4
0,00
41.351,8
43,5
-99,89
Non migas
514.414,3
638.893,6
1.000.743,1
802.165,2
1.005.046,8
16,97
443.949,0
725.550,3
63,43
Ekspor
464.243,4
589.556,3
790.745,5
708.813,9
879.350,4
15,74
399.809,4
621.068,2
55,34
Migas
0,0
0,0
0,0
0,0
23.583,4
0,00
0,0
0,0
0,00
Non migas
464.243,4
589.556,3
790.745,5
708.813,9
855.767,0
15,11
399.809,4
621.068,2
55,34
Impor
50.177,5
49.337,3
210.013,9
93.750,4
190.698,8
39,27
85.491,4
104.525,6
22,26
Migas
6,6
0,0
16,2
399,1
41.419,0
0,00
41.351,8
43,5
-99,89
Non migas
50.170,9
49.337,3
209.997,6
93.351,3
149.279,8
32,56
44.139,6
104.482,1
136,71
Neraca perdagangan
414.065,9
540.219,1
580.731,6
615.063,5
688.651,6
12,16
314.318,0
516.542,6
64,34
Migas
-6,6
0,0
-16,2
-399,1
-17.835,6
0,00
-41.351,8
-43,5
-99,89
Non migas
414.072,5
540.219,1
580.747,8
615.462,6
706.487,3
12,74
355.669,8
516.586,1
45,24
Sumber : Data Statistik Kementerian Perdagangan RI

Potensi dan Peluang
Meski Mesir mengalami tantangan berat di segala sendi kehidupan, secara umum rakyat Mesir memandang Revolusi merupakan titik balik kebangkitan Mesir menuju kehidupan yang lebih baik. Bagi para pelaku usaha, meski dalam jangka pendek Revolusi telah menimbulkan kerugian materil yang besar, namun dalam jangka panjang akan membuka pintu bagi persaingan yang sehat antar pelaku ekonomi. Seperti banyak disinyalir oleh media massa, di bawah kepemimpinan rezim Hosni Mubarak, telah terjadi kolusi dan nepotisme dalam bentuk pemberian keistimewaan (privilege) bagi keluarga dan/atau kalangan yang dekat dengan keluarga penguasa sehingga menutup peluang pelaku bisnis lain yang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.  
            Perubahan situasi politik, sosial dan ekonomi yang dialami Mesir pasca Revolusi adalah peluang yang cukup potensial bagi para pengusaha Indonesia yang berminat menjalin hubungan dagang dengan para pengusaha Mesir. Kebijakan Pemerintah Mesir untuk mengamankan kebutuhan pokok rakyatnya selama krisis dapat menjadi peluang bagi eksportir komoditas primer seperti bahan pangan. Sampai saat ini, KBRI Cairo terus menerima inquiries dari para pengusaha Mesir yang berminat mencari penyedia produk dan komoditas dari Indonesia.
Saat ini Pemerintah Mesir telah menerapkan mewajibkan adanya Certificate of Inspection Quality (CIQ) terhadap semua produk yang diimpor dari Cina. Kebijakan tersebut dinilai memberatkan dan akhirnya membuat para pengusaha Mesir mencari resource dari negara Asia selain Cina, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Hal tersebut membuka peluang produk Indonesia untuk bersaing di Mesir.
Selama ini, produk-produk Indonesia mendapat sambutan positif dari para importir Mesir karena dinilai memiliki keunggulan dalam hal kualitas dan detail pengerjaan. Beberapa produk unggulan Indonesia di Mesir a.l: produk pertanian dan olahan (kelapa, teh, kopi, tembakau, kayu manis, gula, CPO, gandum), produk buah-buahan dan buah-buahan olahan (nanas, jeruk), kertas dan alat tulis, plastik dan bahan baku plastik, yarn, katun dan pakaian jadi, ban, alat rumah tangga, furniture dari kayu dan rotan. 
Di bidang investasi, meski Pemerintah Mesir telah mengupayakan langkah-langkah pengamanan bagi investasi asing, namun untuk pembukaan investasi baru tampaknya investor perlu melakukan wait-and-see hingga terbentuknya pemerintahan hasil Pemilu yang diharapkan mampu menciptakan stabilitas bagi keberlangsungan investasi. Di sisi lain, kondisi Mesir saat ini dapat menjadi peluang untuk menarik investor Mesir menanamkan modalnya di luar negeri, termasuk Indonesia. Meski demikian, preferensi investor Mesir yang memilih negara-negara kawasan sekitar sebagai tujuan investasi menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah RI untuk menarik minat mereka. Untuk itu diperlukan upaya lebih guna meyakinkan para investor tersebut baik dari segi keamanan berinvestasi, kejelasan aturan-aturan terkait investasi serta prospek keuntungan yang diraih.
Kerja sama Sosial Budaya dan Pendidikan
Hubungan sosial budaya Indonesia-Mesir telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-19, dimana puluhan mahasiswa asal Nusantara yang dikenal dengan Ruwaq Jawi menuntut ilmu di Al Azhar Mesir.  Al Azhar merupakan universitas utama tujuan pelajar Indonesia yang ingin lebih memperdalam ilmunya tentang agama Islam.
Di masa kini, dalam pelaksanaan hubungan kerja sama bilateral Indonesia-Mesir dalam bidang sosial budaya dan pendidikan, terdapat beberapa perjanjian kerja sama yang menjadi payung bagi terlaksananya kerja sama tersebut, di antaranya adalah:
Perjanjian Kerja Sama Budaya antara Indonesia dan Mesir yang ditandatangai pada tanggal 10 Oktober 1955;
Protokol Kerja Sama Penerangan Pemerintah RI dan Pemerintah Mesir ditandatangani tanggal 19 Oktober 1972;
Persetujuan LKBN ANTARA-MENA yang ditandatangani di Cairo tanggal 12 Oktober 1977;
Joint Communique antara Persatuan Wartawan Indonesia-Persatuan Wartawan Indonesia Mesir dan organisasi jurnalistik Indonesia pada tahun 1983;
MoU bidang pariwisata yang ditandatangai pada tanggal 19 Januari 1984;
Protocol of Cooperation in the Field of Information and Between the Department of Information of the Republic of Indonesia and the Ministry of State for Information of the Arab Republic of Egypt tahun 1984 ditandatangani di Cairo tanggal 18 Mei 1984;
Protokol kerja sama bidang agama dan wakaf 11 Mei 1992;
MoU on Youth and Sport ditandatangani pada tanggal 18 September 1994;
MoU bidang Iptek 7 September 1995;
Perjanjian kerja sama keilmuan dan pendidikan antara Depag RI dengan Al-Azhar 19 Januari 1996;
Perjanjian pembukaan SD dan Sekolah Menengah Al-Azhar di Jakarta 28 September 1999;
Protokol kerja sama bidang informasi ditandatangani tanggal 19 Maret 2003;
MoU antara berbagai universitas Indonesia dan Mesir.
Indonesia aktif dalam melaksanakan beragam kegiatan budaya baik yang bersifat promosi maupun melalui kerja sama dengan berbagai pusat-pusat kebudayaan di Mesir. Di 2011, terutama setelah Revolusi Mesir, kegiatan budaya yang telah dilakukan oleh KBRI di antaranya adalah pagelaran "Ramadhan Lifestyle in Indonesia" pada tanggal 10 Agustus 2011 di Cairo Opera House dan tanggal 12 Agustus 2011 di Opera Damenhur, peringatan hari anak nasional bekerja sama dengan Yayasan 6 Oktober pada 27 Juli 2011, keikutsertaan dalam Festival Music Sufi Internasional (15-25 Agustus 2011).
Salah satu  sarana  utama dalam  mempromosikan budaya Indonesia kepada masyarakat Mesir adalah dengan menyelenggarakan kursus bahasa Indonesia yang telah diefektifkan sejak tanggal 3 Agustus 2008 oleh Pusat Kebudayaan dan Informasi (PUSKIN). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani kedua Negara dalam meningkatkan people to people contact untuk saling mengenalkan budaya kedua bangsa. Hingga bulan September 2011 jumlah alumni dan siswa PUSKIN sekitar 200 orang. Selain belajar bahasa, siswa PUSKIN juga diperkenalkan dengan budaya Indonesia, seperti music angklung, kecapi suling, seni Pencak Silat, nonton bersama (film Indonesia), mengenal kuliner Indonesia, dll.
Sementara itu dalam rangka peningkatan kerja sama pemuda telah dilaksanakan Program Indonesia-Egypt Youth Exchange-IEYE 2007.  Sebanyak 24 orang warga Negara Mesir, terdiri dari 20 mahasiswa/i, 2 wartawan travel writers (Al Ahram Al Araby dan Gazette), serta 2 pendamping dari National Council for Youth telah melakukan kunjungan ke Indonsia pada bulan Agustus 2007.
Bentuk promosi kerja sama lainnya yaitu berupa pengiriman wartawan Mesir ke Indonesia. Pada tahun 2005, KBRI Cairo telah mensponsori pengiriman 2 (dua) orang wartawan Mesir masing-masing Mr. Sayed Hany (wartawan SK Al Gomhouria) dan Mr. Mounir El Fishawy (wartawan majalah Islamic Tourism) untuk mengikuti program "Fam-Trip" yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Program serupa dilaksanakan pada Agustus 2009 dengan mengikutsertakan Jurnalis al-Ahram, Mr. Mohamed Osman sebagai peserta Presidential Friends of Indonesia. 
Pada bulan Oktober 2011 mendatang, dua orang fotographer  dan tiga orang kru televisi Mesir diundang oleh Indonesia dalam kegiatan Fam Trip yang dilaksanakan di Jakarta, Yogyakarta dan Bali.
Untuk pengembangan diplomasi publik lainnya, Indonesia juga aktif melakukan diseminasi informasi melalui keikutsertaan dalam berbagai event internasional yang diselenggarakan di Mesir, antara lain Festival Film Internasional Cairo, mengisi berbagai acara TV dan radio dan lain-lain.
Dalam  bidang pendidikan, Indonesia dan Mesir terus meningkatkan hubungan yang intensif antara universitas-universitas di Indonesia dan Mesir. Sebagai perwujudan dari kerja sama itu, Universitas Al-Azhar Mesir memberikan beasiswa untuk pelajar asal Indonesia sebanyak 115 setiap tahun dengan perincian: 90 beasiswa program SI, 20 beasiswa program pasca sarjana dan 5 beasiswa pra perguruan tinggi. Pemerintah Mesir juga memberikan 5 beasiswa program S1 di Universitas Non-Al-Azhar untuk bidang Studi Ekonomi, Hukum dan Bahasa Arab. Selain itu, Universitas Minia, memberikan beasiswa bagi 10 mahasiswa UNJ untuk mengikuti pendidikan bahasa Arab selama 1 tahun.
Majelis tertinggi Urusan Agama Islam, di Kementrian Wakaf Mesir memberikan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al Azhar, pada saat ini mencapai 100 orang.  Selain itu, Al Azhar mengirimkan tenaga pengajar untuk madrasah dan pesantren di Indonesia sebanyak 50 orang yang ditempatkan di berbagai lembaga pendidikan Islam di seluruh pelosok Indonesia. Al Azhar juga memberikan kesempatan pelatihan Da’i bagi muballigh Indonesia selama 3 bulan bersama imam dan muballigh dari berbagai negara.
Pada tahun 2007-2008 empat orang mahasiswa asal Mesir mendapatkan beasiswa Darmasiswa dari pemerintah Indonesia. Mereka mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai bahasa Indonesia, kesenian, musik maupun kerajinan tradisional Indonesia di salah satu universitas di Indonesia.
Pada September 2011, 20 mahasiswa Mesir dikirim oleh KBRI Cairo untuk mendapatkan kesempatan Dharmasiswa dan beasiswa S2.
Selain beasiswa, kegiatan kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Mesir juga dilaksanakan dalam bentuk Arabic in Country Programme, pertukaran dosen, mahasiswa, Joint Research, Sandwich programme hingga rintisan kerja sama dalam program Double-degree antara beberapa Univeritas di Indonesia dan Mesir.
Dari pengembangan kerja sama pendidikan dimaksud, jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Mesir pada tahun 2011 ini tercatat mencapai lebih dari 4000 orang. Informasi lebih lanjut mengenai pendidikan dapat diakses di http://www.atdikcairo.org.